Mungkin Kita Sudah Merdeka, tapi Masih Terjajah

Setiap bulan Agustus, bahkan sebelumnya, ada tradisi nasional. Bisa dianggap tradisi sakral si. Peristiwa penting menjadi latar belakangnya. Tepat di tanggal 17 Agustus 1945 lalu, proklamasi kemerdekaan bergaung. Sejarahnya panjang.  Berabad-abad lamanya. Sekarang sudah merdeka. Merdeka dari penjajahan fisik. Ya, kita benar-benar sudah merdeka, tapi masih terjajah.

Apa bukti kita masih terjajah?


Mental. Pandangan kita masih tertuju ke negara luar. Wah bagusnya buah impor, dibanding buah lokal. Apel misalnya. Buah impor yg berlabel, terbungkus rapi, ukurannya seragam, warna menggoda, rasa manis. Dan banyak kebaikan lainnya.

Bandingkan dengan buah lokal. Dijajakan asal-asalan. Ukuran dan bentuk yang beraneka ragam dijadikan satu. Mendingan kalau itu. Ada yang lebih parah. Buah yang busuk pun dijual. Dijajakan tanpa kemasan: telanjang. Paling kalau beli, di bungkus kresek aja. Ibarat manusia telanjang di tempat umum. Wah, gak punya harga diri kan. Begitu juga dengan buah ini.


Dari perbandingan tersebut. Apa yang akan kita putuskan. Beli apel lokal atau impor? Apalagi buat oleh-oleh. Cocoknya yang impor kan ya.

Lagi. Kalau masalah pendidikan. Kita akan condong ke negara lain. Kairo, Finlandia, Australia, Belanda, Inggris, Amerika, Jepang, dll. Pikirnya, sekolah di luar selalu lebih baik di banding Indonesia. Setelah sekolah bahkan tau mau menginjakkan kaki di Indonesia lagi. Lebih enak di luar sana. Gajinya besar. Atau mau kembali ke Indonesia. Tapi sebagian ilmu dari luar tak berfungsi. Hanya ijazahnya saja yang berfungsi. Karena beda budaya, politik, agama, sosial. Semua berbeda. Tidak bisa dipaksakan aplikasi seluruh ilmu dari luar di Indonesia. Lulusan luar negeri, kelihatan lebih wah. Keren. Padahal hanya beda gelar dan ijazah.

Banyaknya produk impor sebagai pertanda bahwa mulai pemerintah sampai masyarakat masih terjajah. Terjajah mental. Kita lebih memilih menikmati produk import dibanding mengembangkan produk lokal.

Ada lagi bentuk mental yang mengindikasikan Indonesia masih terjajah. Korupsi. Mental orang Indonesia yang ingin menguasai aset (terutama harta) kekayaan Indonesia sendiri. Dengan adanya karupsi tersebut, menyebabkan pihak lain terampas haknya. Adanya hak yang terampas sebagai indikasi terjajah oleh pihak lain.

Kapan bisa terlepas dari penjajahan?


Kapan kita bisa terlepas dari belenggu penjajahan. Coba flashback. Indonesia dijajh Belanda 350 tahun. Jepang 3,5 tahun. Total 353,5 tahun. Di tahun 2018 kita merdeka 73 tahun. Masih sangat jauh dibanding lamanya terjajah. Mungkin banyak yang tidak sadar dengan hal tersebut.

Lamanya terjajah benar-benar sulit menghapus kenangan tersebut. Sebenarnya bisa terlepas dari belenggu penjajahan. Tanpa harus menunggu kemerdekaan selama 353,5 tahun. Cukup kita fokus pada potensi lokal. Berbangga dan berbenah diri dengan potensi lokal. Indonesia kaya, hanya mental masyarakatnya saja yang miskin. Miskin inovasi untuk mengembangkan produk lokal.
Mas Ito
Mas Ito Blogger, agropreneur

Tidak ada komentar untuk "Mungkin Kita Sudah Merdeka, tapi Masih Terjajah"