Menempuh Hidup Baru, Fokus dengan Agribisnis

Fokus dengan agribisnis
Ilustrasi agribisnis: slideshare.net
Masa tunggu setahun lamanya. Waktu yang singkat, andaikan menunggu pasangan. Sayangnya, ini menunggu terlepas dari mental pegawai. Terasa lama. Seperti cerita saya setelah resign kerja dulu. Ada rasa galau. Bukan hanya saya yang sulit meninggalkan karir sebagai guru, tapi juga orang terdekat. Sekali lagi, bukan hanya saya. Mungkin karena awal perjalanan kerja sebagai karyawan, jadi butuh waktu lama untuk terlepas dari rasa takut tidak berpenghasilan. Di sana-sini mengatakan bahwa menjadi guru, hasil yang diperoleh penuh barokah. Paradigma lama. Saya punya paradigma baru: setiap kebaikan akan menghasilkan kehidupan barokah. Hari ini, kamis 16 Agustus 2018 saya resign dari guru yang ketiga kalinya. Karena dukungan istri untuk fokus dengan agribisnis. Bukan hanya sekedar berbisnis di bidang pertanian. Tanggal 18 Agustus saya akan tes S2 agribisnis di kampus swasta di Malang. Tepatnya di UMM. Langkah baru yang tanpa pikir panjang dalam mengambil keputusan. Bisa dibilang rada ngawur. Karena belum ada persiapan, termasuk biaya. Yang penting berangkat dengan niat yang baik. Mungkin ini hidup baruku, fokus dengan agribisnis.

Bagaimana saya mengundurkan diri, lebih terhormat rasanya. Menggunakan surat pengunduran diri. Benar-benar resmi. Yang pertama dulu  lewat lisan. Kedua lewat whatsapp. Ketiga baru lewat jalur semestinya. Semoga menjadi awal yang baik.

Bagaimana rasanya di perasaan dan pikiran? Jelas tidak fine. Layaknya baru lulus sekolah mau mencari kerja. Ada rasa gusar, bimbang, kuatir. Kalau tidak dapat kerja bagaimana. Seperti itulah. Saya masih ada sedikit rasa takut. Kalau gagal di bisnis pertanian bagaimana. Lagi-lagi: istri tercinta yang meyakinkan. Meski dulu menjadi orang pertama yang meragukan dan menentang. Sekarang menjadi orang pertama yang mendukung.

Bayang hitam saat fokus dengan agribisnis


Bayang-bayang hitam kadang masih mampir di pikiran. Maklum, saya dikelilingi keluarga yang bisa dibilang sukses berkarir dengan menjadi pegawai bidang pendidikan. Mertua keduanya PNS, mbak ipar PNS dan suaminya dosen. Istri saya juga dosen. Sebut saja saya petani. Strata sosial  yang beda jauh. Begitulah pandangan manusia. Menilai seseorang dari cover.

Saya kadang juga masih kepikiran. Apa keputusan saya ini kemajuan atau kemunduran? Apalagi bidang ini jarang peminatnya. Bahkan yang kuliah agribisnis saja jadi pegawai bank atau pegawai sektor lain. Jangankan fokus dengan agribisnis, mereka tertarik saja enggak. Orang yang saya kenal dan bergerak di bidang agribisnis juga banyak yang bangkrut. Hanya beberapa yang masih jalan. Itupun di usia tua.

Ikuti Apa Kata Hati untuk fokus dengan agribisnis


Nurani berkata: jalani saja, ide banyak, sayang kalau ide dicuri orang. Sampai hari ini, nurani tetap berkata: jalani saja. Entahlah. Memang sepertinya aneh dengan keputusan saya yang ingin fokus dengan agribisnis.  Namun, sebenarnya keputusan saya tepat. Banyak data yang mendukung. Pertumbuhan bisnis di Indonesia masih lambat. Selain itu, pertanian juga mulai ditinggalkan. Jumlah petani muda dan berpendidikan juga sangat minim persentasenya. PR yang membebani menteri pertanian, ternyata juga membebani saya. sebenarnya inilah peluang besar bagi saya untuk berhasil di sini. Hanya saja tidak ada rumus baku bagaimana meraih sukses di agribisnis ini. Beda dengan saat dimana saya bekerja jadi pegawai dulu. Modal rajin, kreatif, inovatif,  dan aktif di tiap kegiatan cepat naik jabatan. Lahh, sekarang modal itu perlu dinaikkan lagi berapa kali lipat. Siapa yang sanggup?


Mas Ito
Mas Ito Blogger, agropreneur

Tidak ada komentar untuk "Menempuh Hidup Baru, Fokus dengan Agribisnis"